
Sumber: kolumhumor.com
Hingga akhir Agustus 2012, utang pemerintah Indonesia telah mencapai angka Rp1.957,20 trilyun. Berarti di awal semester kedua tahun 2012 utang pemerintah bertambah sebesar Rp153,71 trilyun dari jumlah utang tahun 2011 yakni Rp1.803,49 trilyun. Sedangkan dalam sepuluh tahun terakhir, utang pemerintah bertambah Rp725,16 trilyun.
Meski jumah utang terus bertambah, pemerintah nampaknya tidak terlalu mengkhawatirkan perkembangan tersebut. Pemerintah berpijak pada ukuran rasio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang terus mengalami penurunan dari 89% pada tahun 2000, turun menjadi 24% pada tahun 2011. Padahal rasio utang terhadap PDB bukanlah ukuran mutlak yang menggambarkan masalah utang negara.
Merupakan sebuah malapetaka jika jumlah dan beban utang pemerintah dianggap aman sehingga sinyal-sinyal bahaya utang diabaikan. Ingatlah sebelum krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, pemerintah juga mengabaikan peringatan para pengamat ekonomi. Pemerintah justru percaya dengan puji-pujian terhadap kinerja ekonomi nasional dari Bank Dunia.
Namun apa yang terjadi? Tidak lama setelah pujian Bank Dunia, perekonomian Indonesia ikut terseret krisis mata uang Thailand, Bath. Mengapa krisis Bath dapat menyeret rupiah?
Tentu saja, terseretnya rupiah yang membuat sistem moneter Indonesia tak berdaya bukanlah disebabkan oleh jatuhnya mata uang Thailand. Faktor perekonomian yang dibangun dari ketergantungan pada utanglah yang menjadi penyebab utama. [Jurnal Ekonomi Ideologis]
14/02/2013
pemerintah dalam menyusun apbn, dari dulu sampai kini, sudah mempunyai pola yang tetap. tentukan dulu pengeluaran yang selalu meningkat (katanya untuk mendorong pertumbuhan), untuk menutupinya cari pajak dan non pajak. jika belum cukup santai saja, cari utang. toh utang tak perlu dibayar sekarang, bisa diwariskan. baca juga ini